Hanya 704 Kg Pertahun
AIR KUTI– Hasil produksi perkebunan karet di Kota Lubuklinggau belum maksimal. Pencapaian hasil produksi kadar karet kering (k-3) dari 14.000 hektar lahan karet yang ada, baru tercapai lebih kurang 704 kilogram (kg) per tahun. Sedangkan target yang ingin dicapai adalah 1,1 ton per tahun.
“Sebenarnya hasil K3 ini terus meningkat. Di banding tahun-tahun sebelumnya, pada 2010 ini lebih baik. Artinya ada hasil yang bisa memberikan satu cambuk optimis untuk terus meningkatkan produktifitas karet,” jelas Abu Bakar, Kepala Bidang Kehutanan, Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan (DTPPK) Kota Lubuklinggau saat ditemui wartawan koran ini, Jumat (8/10).
Sementara ini, kendala utama yang dihadapi petani karet di Kota Lubuklinggau adalah penyempitan lahan perkebunan yang telah berubah menjadi pemukiman masyarakat. “Oleh sebab itulah kami terus melakukan pembinaan dan peremajaan untuk pembibitan kepada petani. Sebisa mungkin lahan yang sempit ini bisa dimanfaatkan secara efektif agar hasil yang dicapai bisa maksimal,” tambah Abu Bakar penuh harap.
Dari 14.000 hektar lahan ini tidak semuanya produktif. Ada sebagian yang sedang dalam tahap usai penanaman. Pihaknya menyarankan kepada petani untuk terus menanam bibit unggulan seperti PB 260. Selain kualitas getahnya bagus, kadar airnya juga sangat rendah. Bahkan kalangan petani karet menyebutnya high start, maksudnya sejak awal pohon karet varietas ini disadap, latek yang dihasilkan langsung deras. Berbeda dengan varietas lain yang terkesan low start, artinya pada tahap pertama penyadapan hingga lima tahun ke depan belum akan diperoleh hasil maksimal. Low Start akan memperlihatkan hasil optimal setelah sembilan tahun penyadapan.
“Untuk bisa mendapatkan varietas unggulan ini tidak sulit, sebab banyak petani karet di Lubuklinggau yang berinisiatif membuat sekaligus membuka usaha pembibitan karet varietas unggulan. Bahkan, pemasarannya sudah ke luar kota hingga Medan, Bengkulu, dan Jambi,” terang Abu Bakar.
Mengenai harga, lanjut Abu Bakar, untuk saat ini untuk bokar kualitas jelek masih dalam kisaran Rp 9 ribu. Namun, jika bokarnya kualitas sedang bisa mencapai Rp 10 ribu sampai Rp 11 ribu. Sedangkan untuk bokar bersih bisa mencapai Rp 13 ribu sampai Rp 14 ribu per kilogram.(Mg03)
0 komentar