Image Hosting

Kembali Bergairah Memelihara Unggas

Jumat, 04 Desember 2009


Masyarakat Mulai Lupa Virus Flu Burung (H5N1)

Beberapa tahun lalu sedang heboh-hebohnya penyakit flu burung, sehingga masyarakat takut memelihara unggas. Kondisi tersebut terjadi di mana-mana hampir di seluruh pelosok negeri, demikian juga di Kota Lubuklinggau. Namun, bagaimana kondisinya saat ini?
Muhammad Yasin
WARGA yang terlanjur memelihara unggas berlomba-lomba menjualnya. Bahkan ada yang membakar unggasnya. Tidak hanya itu, dikalangan tertentu ada yang takut mengomsumsi ayam. Apalagi ketika di Lubuklinggau dinyatakan positif flu burung. Ketika itu masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan memelihara unggas, kerena takut tertular virus tersebut. Sehingga saat itu jarang terlihat unggas berkeliaran di lingkungan penduduk.
Adapun kawasan yang dinyatakan positif flu burung pada 2008, diantaranya di Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, yakni Kelurahan Marga Mulya dan Marga Rahayu. Selain itu juga ditemukan kasus di Kecamatan Lubuklinggau Timur I tepatnya di Kelurahan Cereme Taba, Majapahit, dan Batu Urip Taba. Saat itu, puluhan ayam milik warga mati mendadak. Hal itu dibuktikan hasil test yang dilakukan Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kota Lubuklinggau dan tim dari Provinsi Sumsel.
Sekarang masyarakat tampaknya mulai lupa penyakit yang sempat menghebohkan itu. warga kembali memelihara unggas terutama ayam. Hal itu dapat dibuktikan maraknya unggas berkeliaran di lingkungan penduduk. Kondisi tersebut menunjukan hobi memelihara unggas kembali bergairah.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kota Lubuklinggau, Subandio Amin melalui Kabit Peternakan, Rita R ketika dimintai keterangannya mengatakan, 2008 Kota Lubuklinggau memang dinyatakan positif flu burung. Akan tetapi tahun ini dari Januari hingga November tidak ada kasus flu burung. “Laporan dari masyarakat ada unggas mati, tapi setelah dilakukan tes hasilnya negatif,” jelasnya.
Dia membenarkan, sekarang masyarakat mulai bergairah lagi untuk memelihara unggas. Mungkin masyarakat mulai lupa penyakit tersebut. Apalagi belakangan ini sudah jarang terdengar berita tentang flu burung. Saat lagi heboh tahun lalu, hampir setiap hari kita mendengar berita kasus flu burung terutama di televisi. Sehingga saat itu masyarakat takut memelihara unggas.
Rita mengimbau kepada masyarakat yang memelihara unggas agar jangan mencampur ayam dengan unggas air. Misalnya, memelihara itik, bebek, dan ayam secara bersamaan. Kalau memelihara unggas sebaiknya satu saja. Pelihara ayam hendaknya ayam saja jangan disatukan memelihara unggas lain. Kalau memelihara ayam dicampur unggas air maka ayam yang akan kalah. Maksudnya, kalau terjangkit flu burung ayam yang akan mati sedangkan itik atau bebek tidak mati. Sebab itik maupun bebek sebagai tempat mutasi virus flu burung.
Selain itik dan bebek, angsa, merpati, dan babi juga tempat mutasi virus. “Pelihara unggas satu jenis saja,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut dia, kalau memelihara unggas peliharalah dengan benar. Maksudnya unggas dikandangkan, jangan memberikan makan sisa dan jangan biarkan berkeliaran. Apalagi sampai dibiarkan tidur di atas pohon. Unggas liar sangat rentan terjangkit H5N1. Sebab, unggas yang dibiarkan disamping rentan penyakit juga mengganggu lingkungan.
Selain itu perhatikan lokasi meletakan kandang. Sebaiknya kandang diletakan di daerah yang terkena matahari langsung. Sebab sinar matahari bisa membunuh bibit penyakit. Lalu perhatikan kebersihan kandangnya. Kotoran unggas dibersihkan jangan sampai dibiarkan menumpuk di dalam kandang. Selain itu kotoran unggas bisa dibuat pupuk kandang.
Berikutnya, kalau ada unggas mati segera laporkan ke pemerintah setempat. Atau laporkan ke Diskanak dengan menghubungi nomor telepon (0733) 452405. Jika tidak sempat melapor, kalau ada unggas mati jangan dibuang sembarangan. Sebaiknya unggas dibakar didalam lubang tanah. Caranya, gali tanah kemudian unggas dimasukan kedalam lubang lalu dibakar. Dengan cara itu dapat memperkecil resiko penularan virus. Jika dibuang sembarangan mempermudah penyebarkan penyakit.
Rita menambahkan, berdasarkan hasil Works Endemis Flu Burung dan Flu Babi terungkap bahwa virus tersebut sudah mengalami perubahan gejala klinis. Workshop tersebut diadakan Departemen Peternakan RI di Jakarta.
Perubahan gejala klinis dimaksud selama ini kita mengenal salah satu ciri-ciri terjangkit unggas terjangkit flu burung, yakni mati mendadak. Namun, sekarang tidak lagi, bisa saja unggas terjangkit flu burung tidak langsung mati. Sekarang sulit membedakan ciri-cirinya secara kasat mata, dan untuk mengetahui hal tersebut melalui repit test. (*)

0 komentar

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic
Image Hosting

Pak Luuuuuuuuuurrrr...!!!

Tivi Dewek
“Mekak kite laade tivi dewek lamulai tayang dan pacak noton bola,” Kate Mamad. “Name hetu mad, tivi dewek tu, awo musim bola” tanye Pak Lur.
“La tula we tipi wang kite kak ugek acara tv gok wang aseng tua,’ uji Mamad. “Wai la pakam nia man tu, pacak le kite kak noton tivi dewek men gek tu,” uji Pak Lur.
“Nah biaso’a wang mosem bola kak benyak nobar,’ uji Mamad. “ lah nobar le nga kak, ape nobar tu” uji Pak Lur.
“Lah nonton bareng, uji wang mekak tu” kate Mamad. “Ah col kade mad, nak gek nobar nia mun de tivi dewek noton dewek,’ kate Pak Lur. “Nah pi hare le mun col antena e, masih nak nobar le” kate Mamad.(*)

    ARSIP BERITA