Image Hosting

Umat Budha Miliki Vihara Besar

Senin, 07 Desember 2009


LUBUKLINGGAU – Ribuan umat Budha se-Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas (Mura), Sabtu (5/12) malam berbaur menjadi satu. Dibalut keceriaan dan kebahagiaan umat Budha mengikuti ritual acara pensakralan dan purna pugar Vihara Budha Indonesia, di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Cereme Taba, Kecamatan Lubuklinggau Timur I.
Peresmian penggunaan Vihara terbesar di Kota Lubuklinggau ini dilakukan Walikota Lubuklinggau, Riduan Effendi. Selain itu beberapa Bikhu tampak hadir dalam acara tersebut, diantaranya Bhante Suryanadi dan Bhante Arya Maitri. Juga hadir puluhan Bikhu Sangha Agung Indonesia dan Bikhuni.
Pada kesempatan itu walikota mengatakan, pensakralan dan purna pugar Vihara Budha Indonesia ini merupakan wujud toleransi dalam hidup beragama dan bermasyarakat dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan antara warga Indonesia pada umumnya. Dan tetap mengedepankan lingkungan yang kondusif dengan menghormati prinsip-prinsip agama dan pelestarian budaya dan lingkungan.
Walikota menambahkan, dengan dibangunnya Vihara Budha Indonesia ini juga menggambarkan semangat spiritual Budha untuk mencapai pencerahan sejati, keteguhan dan tekat yang kuat untuk mendapat tujuan mulai. “Kami juga berharap ini akan dapat menjadi sumber motivasi dan teladan bagi umat Budha dan bangsa Indonesia pada umumnya dan Kota Lubuklinggau khususnya, dalam mengatasi berbagai persoalan dan tantangan zaman dewasa ini,” katanya.
Panitia pelaksana pensakralan dan purna pugar Vihara Budha Indonesia Kailani mengatakan, pembangunan rehabilisasi Vihara Budha Indonesia ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun. Bangunan ini merupakan sumbangsih dari umat Budha yang ada di Kota Lubuklinggau.
Bangunan baru ini, lanjut dia, mampu menampung kurang lebih 500 umat. “Kalau sampai di luar Vihara jumlahnya mencapai ribuan. Tetapi, kalau untuk di dalam Vihara mampu menampung lebih kurang 500 orang,” jelasnya.
Sementara itu, wakil ketua umum pengurus pusat majelis Budhayana Indonesia Jakarta, Tanjung Kate, yang sudah meninggalkan Kota Lubuklinggau selama 60 tahun lebih, menyambut baik adanya pembangunan ini. Hanya saja menurutnya, pembangunan Vihara adalah fisik. Sedangkan yang lebih dikedepankan pembangunan mental spiritual.
“Kami ingin agar ajaran Budha Indonesia sesuai dengan kultur Indonesia. Yang pertama, tidak sektarian atau mengkotak-kotakan diri. Kedua instutisme, terakhir flurarisme dan universalisme. Dimana kami menghargai adanya perbedaan dan mengedepankan persamaan. Jadi, dapat saling menghargai antar sesama. Sehingga keharmonisan agama terjalin harmonis,” katanya. (02)

0 komentar

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic
Image Hosting

Pak Luuuuuuuuuurrrr...!!!

Tivi Dewek
“Mekak kite laade tivi dewek lamulai tayang dan pacak noton bola,” Kate Mamad. “Name hetu mad, tivi dewek tu, awo musim bola” tanye Pak Lur.
“La tula we tipi wang kite kak ugek acara tv gok wang aseng tua,’ uji Mamad. “Wai la pakam nia man tu, pacak le kite kak noton tivi dewek men gek tu,” uji Pak Lur.
“Nah biaso’a wang mosem bola kak benyak nobar,’ uji Mamad. “ lah nobar le nga kak, ape nobar tu” uji Pak Lur.
“Lah nonton bareng, uji wang mekak tu” kate Mamad. “Ah col kade mad, nak gek nobar nia mun de tivi dewek noton dewek,’ kate Pak Lur. “Nah pi hare le mun col antena e, masih nak nobar le” kate Mamad.(*)

    ARSIP BERITA