Image Hosting

Puluhan Ayam Warga Marga Mulya Mati

Senin, 18 Januari 2010

LUBUKLINGGAU-Beberapa hari terakhir ini, warga di Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II resah. Pasalnya, puluhan ayam milik mereka mati.

Ketua RT 7 Kelurahan Marga Mulya, Ngaliman membenarkan ayam milik warga banyak yang mati. Bahkan ayam miliknya pun mati. “Benar ayam milik warga di daerah kami banyak yang mati,” kata Ngadiman, di kediamannya Jalan KBS, Minggu (17/1).

Namun demikian, ketua RT 7 ini tidak melaporkan kejadian itu ke Dinas Perikanan Peternakan (Diskanak) Kota Lubuklinggau. Alasannya, kematian ayam tidak mirip dengan gejala flu burung (H5N1). Berdasarkan penyuluhan, ciri-ciri flu burung biasanya ayam mati mendadak.

Dia menambahkan, warga di wilayahnya banyak memelihara ayam kampung. “Warga di sini rata-rata memelihara unggas, seperti bebek dan ayam kampung. Tapi tidak dalam jumlah banyak. Satu keluarga paling banyak memelihara ayam atau bebek sepuluh ekor. Memelihara ayam sudah menjadi kebiasaan warga, termasuk saya juga pelihara ayam. Beberapa pekan lalu, ayam saya juga ada yang mati tiga ekor. Padahal ayam itu baru beli dengan tetangga,” ceritanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kebiasaan warga untuk peternak unggas peliharaan tidak dikandangkan, akan tetapi dilepas. “Unggas diumbar, sehingga tidak perlu diberi pakan,” katanya.

Padahal memelihara ayam dicampur dengan unggas air sangat rentan terhadap flu burung.

Sebagaimana diketahui, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kota Lubuklinggau, Subandio Amin, melalui Kabit Peternakan, Rita R melalui koran ini pernah mengimbau masyarakat yang memelihara unggas agar jangan mencampur ayam dengan unggas air.

Misalnya, memelihara itik, bebek, dan ayam secara bersamaan. Kalau memelihara unggas sebaiknya satu saja. Pelihara ayam hendaknya ayam saja, jangan disatukan memelihara unggas lain. Kalau memelihara ayam dicampur unggas air, maka ayam yang akan kalah. Maksudnya, kalau terjangkit flu burung ayam yang akan mati sedangkan itik atau bebek tidak mati. Sebab, itik maupun bebek sebagai tempat mutasi virus flu burung.

Selain itik dan bebek, angsa, merpati, dan babi juga tempat mutasi virus. “Pelihara unggas satu jenis saja,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, kalau memelihara unggas peliharalah dengan benar. Maksudnya unggas dikandangkan, jangan memberikan makan sisa dan jangan biarkan berkeliaran. Apalagi sampai dibiarkan tidur di atas pohon. Unggas liar sangat rentan terjangkit H5N1. Sebab, unggas yang dibiarkan disamping rentan penyakit juga mengganggu lingkungan.

Selain itu perhatikan lokasi meletakan kandang. Sebaiknya kandang diletakan di daerah yang terkena matahari langsung. Sebab, sinar matahari bisa membunuh bibit penyakit. Lalu perhatikan kebersihan kandangnya. Kotoran unggas dibersihkan jangan sampai dibiarkan menumpuk di dalam kandang. Selain itu kotoran unggas bisa dibuat pupuk kandang.

Berikutnya, kalau ada unggas mati segera laporkan ke pemerintah setempat. Atau laporkan ke Diskanak dengan menghubungi nomor telepon (0733) 452405. Jika tidak sempat melapor, kalau ada unggas mati jangan dibuang sembarangan. Sebaiknya unggas dibakar didalam lubang tanah. Caranya, gali tanah kemudian unggas dimasukan kedalam lubang lalu dibakar. Dengan cara itu dapat memperkecil resiko penularan virus. Jika dibuang sembarangan mempermudah penyebarkan penyakit.


Rita menambahkan, berdasarkan hasil Works Endemis Flu Burung dan Flu Babi terungkap bahwa virus tersebut sudah mengalami perubahan gejala klinis. Work shop tersebut diadakan Departemen Peternakan RI di Jakarta.

Perubahan gejala klinis dimaksud selama ini kita mengenal salah satu ciri-ciri unggas terjangkit flu burung, yakni mati mendadak. Namun, sekarang tidak lagi, bisa saja unggas terjangkit flu burung tidak langsung mati. Sekarang sulit membedakan ciri-cirinya secara kasat mata, dan untuk mengetahui hal tersebut melalui repit test. (02)

0 komentar

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic
Image Hosting

Pak Luuuuuuuuuurrrr...!!!

Tivi Dewek
“Mekak kite laade tivi dewek lamulai tayang dan pacak noton bola,” Kate Mamad. “Name hetu mad, tivi dewek tu, awo musim bola” tanye Pak Lur.
“La tula we tipi wang kite kak ugek acara tv gok wang aseng tua,’ uji Mamad. “Wai la pakam nia man tu, pacak le kite kak noton tivi dewek men gek tu,” uji Pak Lur.
“Nah biaso’a wang mosem bola kak benyak nobar,’ uji Mamad. “ lah nobar le nga kak, ape nobar tu” uji Pak Lur.
“Lah nonton bareng, uji wang mekak tu” kate Mamad. “Ah col kade mad, nak gek nobar nia mun de tivi dewek noton dewek,’ kate Pak Lur. “Nah pi hare le mun col antena e, masih nak nobar le” kate Mamad.(*)

    ARSIP BERITA