LUBUKLINGGAU- Sepanjang 2010 Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Lubuklinggau menerima tiga kasus kekerasan terhadap anak. Ketiga kasus berhasil dimediasi oleh KPAID Kota Lubuklinggau.
Adapun tiga kasus tersebut terdiri dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam kasus ini sebenarnya yang menjadi korban langsung adalah salah seorang ibu rumah tangga, karena di Kota Lubuklingga belum ada Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA) maka ibu rumah tangga korban KDRT tersebut minta dimediasi oleh KPAID.
Menurut dia, kasus kekerasan yang dilakukan guru di salah satu sekolah, sebenarnya anak yang dipukul memang agak bandel, gurunya emosi sehingga memukul anak. Namun permasalahannya kini sudah selesai. Menurut Dewi, pada dasarnya peran KPAID dalam melindungi anak dari kekerasan ketika kasus kekerasan tersebut dilaporkan ke KPAID, maka KPAID mediasi dengan memberikan yang terbaik bagi anak korban kekerasan. “Misalnya anak merasa terancam atau tidak nyaman berada di lingkungan tempat anak mengalami kekerasan, maka KPAID akan melindungi anak tersebut dengan minitipkan anak ke tempat yang lebih aman dan nyaman bagi anak bersangkutan,” jelasnya.
Pada bagian lain Dewi juga mengungkapkan penyebab utama anak hidup di jalanan atau menjadi anak jalanan (Anjal). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan anggota KPAID Kota Lubuklinggau kepada sejumlah Anjal. Mereka (Anjal) mengaku terlanjut turun ke jalan karena merasa tidak nyaman lagi tinggal di rumah orang tua. “Beberapa diantaranya memang diusir oleh orang tua. Kasus tersebut kebanyakan karena ayahnya menikah lagi sehingga memiliki ibu tiri. Dalam kasus ini ibu tiri yang mengusir anak bawaan suami,” ungkap Dewi.
Ditambahkan Dewi, Anjal yang diwawancainya itu teridiri dari 40 anak yang sedang mengikuti pelatihan keterampilan membuat sapu. Kegiatan tersebut diadakan oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Lubuklinggau bekerjasama dengan KPAID. “Pelatihan keterampilan membuat sapu didakan di sekretariat KPAID dimulai Rabu hingga Sabtu (5-8/5). Besok (hari ini Sabtu, 8/5) penutupan,” ucapnya.
Selain dibekali pelatihan membuat sapu mereka juga dibekali bimbingan spiritual. Seperti siraman rohani dan pembinaan mental. “Diharapkan selain mendapatkan keterampilan sebagai bekal untuk mencari nafkah mereka mampu menjalankan hidup normal seperti anak seusianya,” harapnya.
0 komentar