*Melihat Program Pembudidayaan Nilam dan Rosella
Sekarang ini masyarakat masih meragukan prospek pemasaran tanaman nilam dan rosella. Lalu bagaimanakah prospek pemasaran tanaman yang sedang digalakkan Dinas Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan (DTPPK) Kota Lubuklinggau. Berikut laporannya.
Oleh: Muhammad Yasin
Sejak 2009 ini setidaknya sudah 140 ribu bibit nilam disebarkan kepada kelompok tani (Poktan), dan sebagiannya juga ditanam oleh Tim Penggerak PKK melalui Kebun Kolektif TP PKK kecamatan di lingkungan Pemkot Lubuklinggau.
Masing-masing kecamatan mendapat 10 ribu bibit nilam. Sedangkan di Kota Lubuklinggau terdapat delapan kecamatan, artinya ada 80 ribu bibit di kebun kolektif PKK. Namun, kemungkinan 65 ribu bibit ditanam oleh kelompok tani nilam yang ada di kota ini.
Alasan masyarakat ragu untuk menanam tanaman tersebut karena 2006 lalu, di kota ini pernah digalakkan menanam pohon jarak pagar. Bahkan setelah masyarakat digalakkan menanam jarak pagar saat itu tidak ada tindak lanjutnya, kemana dan bagaimana memasarkan tanaman yang merupakan bahan baku Biodiesel itu. Masyarakat tidak mengerti bagaimana mengolah dan memasarkannya. Sehingga tanaman jarak pagar yang juga digalakkan secara nasional saat itu terkesan sia-sia saja. Kini tanaman tersebut sudah banyak ditebang masyarakat karena tidak ‘menghasilkan’.
Kepala DTPPK Kota Lubuklinggau, Setia Budi membenarkan, pada 2009 pihaknya menyebarkan 140 ribu bibit nilam. “Pengadaan bibit nilam dianggarkan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Lubuklinggau tahun anggaran 2009.
Sedangkan tanaman Rosella tidak dianggarkan. Kami tidak memberikan bibit nilam kepada petani maupun masyarakat. Kebun rosella yang ada di kota Lubuklinggau merupakan swadaya masyarakat. Maksudnya, dibiayai dan dikelola oleh masyarakat secara mandiri,” jelasnya.
Dia menambahkan, untuk tanaman rosalla memang tidak dikembangkan secara besar-besaran. Sebab, menurut pemilik As Salam yang merupakan produsen produk rosella menyatakan kebun rosella yang ada di kota ini cukup untuk memenuhi kebutuhan. Adapun produk yang terbuat dari rosella yang diproduksi As Salam bertempat di belakang Masjid Agung As Salam Kota Lubuklinggau, diantaranya sabun rosella, teh, kopi rosella dan lain-lain. Sehingga kami tidak mengembangkan tanaman tersebut.
Kalau tanaman nilam memang dikembangkan. Dan sudah ada bukti yang berhasil, diantaranya kelompok tani nilam di Kelurahan Siring Agung, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II. Bahkan perkembangan kelompok tani tersebut cukup baik. Apalagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Lubuklinggau sudah memberikan bantuan alat untuk penyulingan. Ada tiga lokasi penyulingan nilam di Kota Lubuklinggau, diantaranya Kecamatan Lubuklinggau Utara I dan Kecamatan Lubuklinggau Selatan I.
Dia mengakui harga minyak nilam atsiri itu memang fluktuatif. Maksudnya, tergantung harga pasar. Dia juga tidak bisa memprediksi prospek kedepan, yang jelas pihaknya membina petani untuk mengembangkan atau membudidayakan tanaman. Mengenai pemasaran dibina oleh Disperindag.
Dia mengakui harga minyak nilam fluktuatif. Semuanya tergantung harga pasar. Mungkin saat permintaan sedikit harganya cenderung turun. Mungkin juga akan naik saat permintaan banyak, sementara barang dipasaran sedikit. Hal itu sesuai hukum pasar. Untuk itulah perlu melihat perkembangan pasar.
Namun, pada 2010 tidak lagi memberikan bibit nilam kepada masyarakat. “Pemberian bibit nilam pada 2010 stop dulu. Diharapkan masyarakat dapat mengembangkan sendiri tanaman tersebut. Pengembangbiakan tanaman nilam relatif gampang, yakni dengan cara stek batang. Tujuan pemerintah memberikan bibit nilam kepada masyarakat agar dikembangkan secara swakelola oleh masyarakat itu sendiri,” jelasnya panjang lebar. (*)
0 komentar