LUBUKLINGGAU- Jilbab bukan barang langka di era reformasi gelombang II ini. Namun miris rasanya ketika sebuah esensi yang begitu kuat melakat pada pemaknaan jilbab kian pudar. Seorang pembisnis jilbab di Kota Lubuklinggau, mengaku terpanggil hatinya untuk menjual jilbab dengan niatan mempromosikan kepada masyarakat agar nyaman mengenakan jilbab.
Sesungguhnya jilbab bukan hanya sekedar penutup kepala, yang melindungi kaum hawa dari terik, bahkan hujan sekalipun. Singkatnya, jilbab merupakan pakaian panjang dan longgar yang mampu menutupi seluruh tubuh perempuan dewasa, kecuali wajah dan telapak tangan.
Namun masih saja, banyak orang beropini bahwa selembar kain tipis yang menutupi kepala sebagai sebuah jilbab, ironisnya jeans bahkan lejing ketat dan manset baju atau mudahnya baju ketat lengan panjang menjadi penyerasi kain tipis tersebut. Well groome yang salah kaprah jika masih saja seperti ini menjadi desain pakaian muslimah.
“Memang benar jika busana muslimah saat ini telah go public, para designer mulai mencoba mengkombinasikan busana muslimah ke dalam tren modern, oleh perkembangan mode yang kian hari semakin menjamur saja bentuk busana muslimah hampir tiap bulannya mengalami perubahan. Unsur kreatif yang mungkin telah tertuang ke dalam desain-desain yang dianggap indah dikombinasikan dengan jeans maupun lejing ketat dan melekat pada tubuh, yang jelas busana yang bukan berasal dari dunia Islam.” jelas aktivis LDK Refah, Lisa Fitriani, Minggu (22/8).
Namun sesungguhnya, lanjut Lisa Fitriani, dengan perpaduan lejing dan busana lengan panjang namun ketat tersebutlah jika dikombinasikan dengan kerudung (sehelai kain tipis penutup kepala), maka esensi yang sebenarnya akan makna jilbab itu perlahan pudar. Meski pada dasarnya masih tertutup namun lekuk tubuh tak seharusnya dinikmati oleh berpasang mata yang menatap.
Dan akhirnya, serangkaian produk tersebut merambah di seluruh pelosok tanah air, dengan alasan simpel dan matching banyak muslimah mencoba membelinya, dan mengenakannya di pasar, pusat perbelanjaan bahkan di kampus sekalipun. Ironisnya esensi jilbab sudah mulai diabaikan. Konsumen lebih berpihak pada harga yang murah, gaul, simpel dan enak dipandang. Padahal sesungguhnya jilbab memiliki esensi yang lebih dari itu.
Bagi seorang muslimah, busana muslimah merupakan cerminan kepribadian. Sebagai sebuah simbol dari keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Jilbab bukan hanya memiliki dimensi benda saja, melainkan sebagai sesuatu yang mampu menuntun penggunananya ke arah yang lebih baik dalam menjalankan perintahNya.
Dalam kehidupan wanita jilbab memiliki nilai fungsi yaitu untuk melindungi muslimah dari fitnah. Mengangkat derajat muslimah di mata Allah, menjadi kontributor dalam menciptakan lingkungan yang sehat, dan sebagai perisai dari perbuatan tercela. Jilbab atau baju yang longgar dan menutup aurat muslimah akan memiliki nilai kemuliaan Islam, gambaran keindahan muslimah dan akan menjadi benteng kekuatan dari perbuatan tercela dan tipu daya syaiton.
Dengan catatan, meniatkan pemakainnya hanya untuk Allah semata, dan bukan untuk mencari perhatian khalayak atau meminta pujian. Nilai dan fungsi jilbab seorang muslimah akan menentukan bagaimana dia berpenampilan dan berperilaku di kehidupannya. Apabila seorang berjilbab dengan benar dalam berniali dan berfungsi Islam, maka akan nampak kemuliaan yang terkandung di dalam kehidupannya.(Mg03)
0 komentar